Halaman

Rabu, 31 Oktober 2012

Jurnal-perbandingan karakteristik motor induksi belitan gelung dengan belitan spiral

dibawah ini saya akan mempublish jurnal salah seorang dosen jurusan teknik elektro di Uneversitas Tadulako.


PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI BELITAN GELUNG DENGAN BELITAN SPIRAL

Muhammad Sarjan
Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Tadulako
Email: muhammad_sarjan@yahoo.co.id


Abstract - In studying the behaviour of a motor selected to           drive   industrial equipment, the main problem being faced is to determine whether the characteristic of the motor suits the   requirements imposed  by  the  driven  unit.  Different kinds of machines and mechanisms as well as        electrical        motor  exhibit different characteristics.
The aim of this research is to compare the characteristic  of  induction  motor  using loop winding and concentric winding. The parametersobserved are current, voltage, power factor, torque and speed.
The experiment  was     conducted  in  the laboratory       
of Electrical Engineering Department  of  Tadulako University and the result of this study indicated that characteristic of the loop winding induction motor is better than that of  the consentric winding.


I.      PENDAHULUAN

Dalam suatu masyarakat      industri modern, diperlukan berbagai motor listrik penggerak mesin-mesin dengan berbagai karakteristik. Terdapat kemungkinan bahwa mesin-mesin produksi dalam industri tersebut mensyaratkan   motor listrik penggerak dengan tingkat kebisingan yang rendah dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di industri bersangkutan. Tetapi terdapat pula industri yang membutuhkan motor listrik penggerak        dengan konstruksi sederhana, mudah dijalankan dan rendah biaya perawatan serta karakteristik yang konstan untuk berbagai kondisi pembebanan.
Untuk mempelajari prilaku dari suatu motor yang akan           digunakan untuk menggerakkan mesin atau peralatan industri, maka salah satu masalah yang harus diperhitungkan adalah menentukan apakah karakteristik torsi-kecepatan dari motor  tersebut sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh beban yang digerakkan. Prilaku beban pada kondisi transient disaat starting,            pengereman, atau pengaturan kecepatan sangat tergantung pada perubahan karakteristik torsi kecepatan motor maupun beban yang digerakkan.
Oleh sebab itu sangatlah penting untuk mengetahui karakteristik        motor maupun beban yang digerakkan agar dapat memilih motor   penggerak   dengan   tepat   sehingga sistem penggerak tersebut menjadi lebih ekonomis.
Terlepas dari pertimbangan karakteristik listrik mesin pengerak ini, maka terdapat tiga parameter mekanis yang sangat dipertimbangkan oleh pengguna, yaitu ;
kecepatan putaran, torsi yang dihasilkan dan daya output mekanisnya. Besaran-besaran ini relatif sulit ditentukan, sehingga terlebih dahulu perlu meninjau kembali sejumlah metode pengukuran yang umum digunakan untuk mengetahui dan mempelajari besaran- besaran dimaksudkan.
Ditinjau dari jenis motor listrik yang umum digunakan  sebagai  motor  penggerak mesin atau peralatan dalam industri, maka motor induksi merupakan jenis motor listrik yang sangat luas penggunaannya. Hal ini disebabkan oleh karena jenis motor ini mempunyai      kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan jenis motor listrik lainnya, antara lain karena konstruksinya sederhana, lebih reliabel dan yang lebih penting lagi adalah harganya yang relatif murah serta lebih ringan.
Terdapat dua jenis belitan stator  motor induksi, yaitu belitan gelung (ware winding) dan belitan spiral/rantai (concentric winding). Kedua jenis belitan ini juga akan menentukan karakteristik   listrik   maupun         karakteristik mekanis motor induksi.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Motor induksi fasa tiga adalah jenis motor yang paling umum dijumpai dan digunakan di industri.Karena motor ini mempunyai konstruksi sederhana, kuat, harganya relatif murah dan mudah pemeliharaannya (Wildi, 2000). Kecepatan putarnya konstan, namun karena kecepatannya tergantung   pada frekwensi jaringan listrik,sehingga pengaturan kecepatannya sulit       dilaksanakan.Tetapi penggunaan piranti elektronik yang sudah semakin luas,sangat membantu untuk pengaturan putaran motor induksi.
A.Komponen-Komponen Utama
Motor induksi 3 phase mempunyai 2 (dua)
bagian utama :
a.  Bagian yang tidak bergerak (stator)
b.  Bagian yang bergerak (rotor).
Bagian stator dipisahkan dari bagian rotor oleh celah udara dengan jarak antara 0,4mm sampai 4 mm, tergantung pada daya motor bersangkutan (Hubert,1991).Stator terdiri dari rangka baja yang menyangga inti berongga berbentuk silindris, inti ini            dibuat  dari laminasi-laminasi.Sejumlah   slot yang   terdistribusi merata terdapat  pada  lingkaran  bagian  dalam  dari inti, sebagai tempat belitan/kumparan stator.
Bagian rotor juga terbuat dari laminasi- laminasi besi baja yang dipres satu dengan lainnya serta dibuat alur-alur (slot) sebagai tempat kumparan rotor.Ada 2 (dua) jenis belitan        yang digunakan untuk rotor motor induksi (asinkron) : (a). Belitan 3 fasa konvensional yang  terbuat            dari kawat berisolasi (rotor belitan) dan (b) belitan sangkar tupai (rotor sangkar).


Berdasarkan pada kedua jenis belitan rotor  ini,  sehingga  motor  induksi  dibagi menjadi : motor induksi rotor sangkar dan motor induksi rotor belitan.
1.  Rotor sangkar
Rotor sangkar terbuat dari batangan- batangan  tembaga  telanjang,  yang  sedikit
lebih  panjang  dari  rotor  itu  sendiri  dan
dipress kedalam slot (alur) rotor. Kedua ujung-ujung   batang   tembaga   ini   disolder pada cincin tembaga, sehingga batangan tembaga tersebut terhubung singkat.
Konstruksi dari batangan tembaga dan cincin  tembaga menyerupai sangkar, sehingga dinamakan rotor sangkar. Untuk motor-motor induksi ukuran kecil dan menengah, batangan-batangan dan cincin hubung singkat terbuat dari aluminium tuang, yang dicetak sedemikian rupa sehingga menjadi bagian yang menyatu.
Gambar 1. Rotor sangkar (squirrel cage)
2.  Rotor belitan
Rotor  belitan  mempunyai  belitan fasa tiga,   yang   mirip   dengan   belitan   stator. Belitan-belitanini         terdistribusi secara seragam pada alur-alur (slot) serta terhubung bintang        (Y).                              Terminal-terminalnya disambungkan  pada  tiga  cincin  seret  (slip ring) yang ikut berputar dengan rotor. Cincin seret ini serta sikat-sikat tetap (stationer) memungkinkan      dilakukan        penyambungan dengan tahanan luar (external resistor) secara seri  dengan  belitan  rotor. Tahanan  luar ini utamanya digunakan pada saat starting, dan pada saat motor berputar normal ketiga sikat- sikat dari slip ring dihubung singkat.
B.   Prinsip Kerja Motor Induksi
Menurut  Wildi            (2000),terdapat            4 prinsip dasar yang menjelaskan bagaimana medan magnet dimanfaatkan dalam mesin- mesin listrik, baik            untuk transformator, generator maupun motor listrik, yaitu :
1. Suatu  konduktor  yang  beraliran  listrik akan         membangkitkan  medan magnet disekitar penghantar    tersebut,yang arahnya ditentukan menurut hukum Ampere.
Gambar 2.  Rotor Belitan (wound rotor)
2.  Medan  magnet yang berubah-ubah terhadap waktu, jika melalui kawat belitan akan menginduksi suatu tegangan pada belitan tersebut. Hal ini sesuai dengan hukum Faraday dan menjadi prinsip dasar transformator.
3. Suatu konduktor  beraliran listrik yang berada di dalam medan magnet akan mengalami suatu gaya. Hal ini dijelaskan oleh Lorenz dan menjadi prinsip dasar motor listrik.
4.  Suatu kawat            belitan  yang bergerak memotong garis gaya magnet,akan tersebut. Demikian pula jika suatu garis gaya  magnet  bergerak memotong  kawat belitan   akan   menginduksi   gaya   gerak listrik (g.g.l) pada kawat belitan tersebut. Hal  ini  dijelaskan  oleh  hukum  Faraday dan          menjadi prinsip dasar generator listrik.
Bird  (1995)  menjelaskan  bahwa  jika belitan stator motor induksi dihubungkan kesumber tegangan 3 fasa, akan dibangkitkan medan magnet putar. Pada saat fluks magnet memotong batangan konduktor rotor (untuk rotor sangkar) atau konduktor belitan rotor (untuk rotor belitan), akan diinduksikan ggl pada konduktor rotor tersebut.Karena batangan konduktor rotor atau terminal slip ring terhubung singkat, maka akan mengalir arus rotor. Pengaliran arus ini disertai dengan timbulnya fluks magnet disekitar konduktor rotor, interaksi antara fluks medan magnet putar dengan fluks yang dibangkitkan oleh arus rotor akan menyebabkan gaya lorenz. Gaya ini akan mendorong batangan atau belitan rotor se arah dengan arah medan magnet putar. Gaya yang sama bekerja pada seluruh konduktor atau belitan rotor, yang menyebabkan rotor berputar searah dengan medan magnet putar.
Gaya yang dibangkitkan oleh batangan rotor menyebabkan rotor berputar sesuai dengan arah medan magnet putar. Dengan meningkatnya kecepatan putaran rotor, maka kecepatan pemotongan fluks magnet semakin berkurang, ggl induksi rotor menurun dan frekwensi  arus  rotor  juga  berkurang.  Jika rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan kecepatan medan magnet putar, tidak terjadi   pemotongan fluks magnet pada konduktor rotor, tidak ada ggl induksi, tidak ada pengaliran arus rotor serta tidak timbul Gaya pada konduktor rotor.Sehingga kecepatan putaran rotor akan menurun.Hal inilah yang menyebabkan rotor tidak pernah mencapai kecepatan yang sama dengan kecepatan  medan magnet putar  (kecepatansinkron).



Perbedaan kecepatan putaran rotor nr dengan kecepatan sinkron ns disebut slip. Sehingga:

Slip = ns nr                                                         (1)
Slip s biasanya dinyatakan dalam persen, maka :

Slip s = ( ns nr)/ ns x 100 %   (2)

Nilai slip antara motor tanpa beban dengan motor dalam kondisi beban penuh sekitar 4 –5 persen  untuk motor induksi berukuran kecil, sedangkan untuk motor berukuran besar antara 1,5 – 2 persen.Selanjutnya menurut Hubert (1991), prinsip kerja motor induksi tiga fasa didasarkan pada hukum Faraday dan gaya Lorenz yang bekerja pada konduktor, dimana pada saat medan magnet  putar  B menyapu sepanjang  dan memotong konduktor  akan terjadi hal-hal berikut :
1.Suatu tegangan E = B l v diinduksikan pada setiap konduktor pada saat dipotong oleh fluks magnet B (Hukum Faraday).
2.Tegangan induksi ini diiringi oleh pengaliran arus I, yang mengalir pada konduktor yang terletak persis dibawah permukaan kutub magnet ke   arah bawah, melalui batang hubung singkat dan kembali ke konduktor lainnya (kaidah tangan kiri Fleming).
3.Karena konduktor beraliran berada di dalam medan magnet,maka            akan mengalami gaya mekanik (gaya Lorenz).
4.Gaya-gaya ini selalu bekerja dalam arah sedemikian rupa sehingga mendorong/mengangkat konduktor yang dilalui medan/fluks magnet.
Jika  konduktor  ini  bebas  bergerak, maka akan bergerak ke arah kanan mengikuti gerakan   kutub   magnet.   Akan   tetapi  jika kecepatan gerakan tersebut sama dengan kecepatan medan/fluks            magnet, maka kecepatan pemotongan konduktor oleh fluks magnet akan berkurang, akibatnya tegangan yang diinduksikan E serta arus I yang bangkitkan juga akan berkurang. Dengan demikian gaya yang bekerja pada konduktor tersebut juga akan berkurang. Jika kecepatan gerakan konduktor menyamai kecepatan gerakan fluks magnet,maka tegangan induksi E dan arus I maupun gaya yang bekerja pada konduktor akan menjadi nol.Pada motor induksi rotor sangkar, ujung-ujung tangga konduktor tersebut disatukan dan dibentuk menjadi   sebuah
silinder,sedangkan kutub magnet yang bergerak digantikan dengan medan magnet putar.Medan  magnet  putar  ini  dihasilkan oleh arus-arus tiga fasa yang mengalir pada belitan stator.



C.  Karakteristik Motor Induksi
Karakteristik    motor   listrik menunjukkan kinerja motor tersebut dalam berbagai kondisi operasi (Deshpande, 1990). Karakteristik motor listrik yang utama, yang perlu diperhatikan adalah :
1.  Karakteristik torsi-arus;
2.  Karakteristik kecepatan-arus;
3.  Karakteristik torsi-kecepatan.
Torsi M di bangkitkan pada poros motor         atau mesin penggerak dengan kecepatan putar n. Dari kedua 2 besaran ini, maka dapat diketahui daya mekanis motor atau mesin penggerak tersebut (Hornemann, et.al, 1983).
Kecapatan putaran motor n adalah jumlah revolusi untuk suatu periode waktu tertentu.Kecepatan  putaran  motor  diukur dalam satuan revolusi per menit (rpm) atau revolusi per detik (rps). Kecepatan putaran motor listrik umumnya menggunakan satuan revolusi per menit (rpm).
Untuk pengukuran torsi           dapat digunakan tongkat penyeimbang, dimana hasil kali antara gaya F dan panjang s dari lengan   penyeimbang   merupakan   torsi   M yang dihasilkan.
M = F x S (Newton-meter).     
(3) Jika torsi yang searah jarum jam sama besar dengan torsi yang berlawanan arah jarum jam,  maka tercapai posisi seimbang. Jika kedua torsi ini tidak seimbang, maka kedua lengan ini akan berputar ke arah torsi yang lebih besar.
Torsi juga dibangkitkan oleh mesin listrik putar,          dimana medan  magnet membangkitkan garis gaya magnet (fluks) di dalam stator.Berdasarkan  prinsip dasar motor, maka gaya F yang dibangkitkan pada konduktor  kumparan rotor yang dialiri arus adalah :
F=B.I.L            (4) Gaya ini bekerja pada konduktor yang berjarak s dari titik tengah poros rotor. Jika terdapat  sejumlah  z  konduktor  yang  dialiri arus yang diberada dalam garis gaya magnet, maka akan dihasilkan torsi M yang besarnya:
M = F . s          (5) M = B . I. l . z . s    (6)

Motor akan mencapai suatu kecepatan konstan jika torsi yang dibangkitkan sama besar dengan torsi lawan (torsi pengereman) yang disebabkan oleh rotor itu sendiri, gesekan yang     timbul  dan      beban   yang digerakkan.
Pada mesin listrik putar, torsi diukur dengan   rem,     dinamometer    (cradle







dynamometer) atau rem arus pusar (eddy current brake).
Untuk motor listrik, terdapat hubungan antara  torsi  M  dan  kecepatan  putaran  n motor.  Kecepatan putaran n  akan  menurun seiring   dengan   kenaikan   torsi   M   yang dibangkitkan.
Torsi M di bangkitkan pada poros motor atau  mesin   penggerak dengan kecepatan putar n. Dari kedua 2 besaran ini, maka   dapat diketahui daya mekanis motor atau mesin penggerak tersebut (Hornemann, et.al, 1983).
Kriteria  yang  penting  untuk  mengevaluasi dan  memilih  sebuah  motor  listrik  adalah faktor daya (Cos ), Efisiensi , Kecepatan putaran  n  dan  daya  motor  P.  Hubungan anatar variabel-variabel ini juga tidak kalah pentingnya. Untuk motor 3 fasa, hubungan antar variabel ini diplot dalam suatu grafik membentuk kurva beban dan kurva operasi.
D.  Belitan Stator Motor Induksi.
Soeleman (1984) menjelaskan bahwa untuk motor induksi 3 fasa, maka pada umumnya digunakan belitan gelung lapis dobel atau belitan spiral (konsentrik). Cara belitan dua lapis dengan dua sisi kumparan dimasukkan   dalam   satu   alur,   sedangkan untuk belitan lapisan tunggal dengan satu sisi kumparan   dimasukkan   dalam   satu   alur. Kedua jenis kumparan motor ini memiliki karakteristik yang berbeda.
III.       METODOLOGI
Oleh karena pengujian ini merupakan pengujian laboratorium yang dilaksanakan pada          Laboratorium Mesin-mesin Listrik Teknik Elektro Universitas       Tadulako, sehingga metode yang digunakan adalah metode    ekperimental, melalui tahapan- tahapan sebagai berikut.
1.  Mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pengujian.
2.  Menempatkan peralatan pada meja pengujian (meja percobaan)
3. Karena motor yang  digunakan adalah motor  induksi 3 (tiga) fasa,  sehingga motor dihubungkan dengan power suplay pada tegangan 220/380 Volt.
4. Memasang (mengkopel) motor dengan beban (dinamometer prony/brake)
5. Menghubungkan semua peralatan (alat ukur) sesuai fungsinya
6. Setelah selesai dipasang, penulis melakukan penelusuran kembali dari beberapa hubungan alat     ukur dan peralatan lain yang telah siap untuk diuji.

Pengujian dilakukan dengan cara:
1. Power suplay sebagai  input  peralatan distel pada tegangan 220/380 volt, dibaca melalui voltmeter.
2.  Semua instrumen ukur pada           posisi standby atau dalam kondisi on.
3.  Menghidupkan power suplay          dengan tegangan yang distel sebelumnya sebesar 220 volt.
4.  Mencatat tampilan dari beberapa alat ukur,  karena alat  ukur  kecepatan  putar (tachometer) diukur langsung melalui poros (rotor) motor setiap keadaan (nilai torsi).           Tachometer dipasang untuk mengetahui laju perubahan kecepatan putaran rotor.
5.  Selanjutnya  menaikkan nilai torsi dari 0,15 N.M yang sebelumnya nilai torsi terbaca  adalah  0,10  N.M  sampai  pada keadaan  lockrotor  dan  mencatat  semua tampilan alat ukur setiap torsi yang distel atau ditentukan.
6.  Setelah  selesai  power  suplay  dimatikan (di         off-kan) dan dilanjutkan dengan pengujian motor untuk jenis belitan yang lain dengan cara pengujian yang sama.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian karakteristik motor dimaksudkan untuk mengetahui kinerjamotor dalam berbagai kondisi operasi.


Untuk  besar  torsi  yang  sama  yang dalam hal ini mencakup: Karakteristik torsi- arus, karakteristik  arus
kecepatan dan karakteristik torsi-kecepatan.
Diagram rangkaian di atas terdiri dari alat dan bahan yaitu :
1.    Motor Induksi Rotor Sangkar
2.    Alat ukur tegangan (Voltmeter)
3.    Alat ukur arus (Amperemeter)
4.    Alat ukur daya (Wattmeter)
5.    Alat ukur faktor daya (Cos u meter)
6.    Alat       ukur       kecepatan      putaran  (Tachnometer)
7.    Alat ukur torsi (Newton meter)
8.   Regulator power suplay
9.   Beban (Dinamometer prony/brake)
10.  Kabel penghubung

A.   Hasil Pengujian Kareakteristik Motor

Data tabel hasil pengujian di bawah ini; Arus (I), daya input (Pin), Faktor Daya dan kecepatan putaran (n) untuk besar torsi yang sama yaitu dari 0,2, 1, 2, 4, 6, dan 7 (N-m), diambil dari hasil pengamatan dan pengukuran pada alat ukur. Sedangkan daya output (Pout) dan efisiensi (h) didapatkan melalui perhitungan.

B.   Pembahasan Hasil Pengujian

1.   Untuk motor induksi belitan spiral
Oleh  karena  arus  fasa  motor  tidak sama  besar, dalam hal  ini belitannytidak seimbang, maka diambil nilai arus rata-rata
seperti disajikan pada tabel berikut.


Torsi motor  dan beban 0,20  N–m;  arus yang mengalir (arus yang ditarik motor) 6 ampere, daya  input129,96 watt, daya output 31,33 watt, efisiensi 24,11 %, Cos  0,06           dan motor berputar  dengan kecepatan   1496 Rpm.
Torsi dinaikkan  1  N–m;  motor  menarik arus   sebesar   6,1  ampere,   daya  input 391,91  watt,  daya  output  154,32  watt,efisiensi    39,38   %,faktor kerja 0,17 Lagging dan kecepatan motor mulai menurun yaitu 1493 Rpm.
Torsi dinaikkan 2 N–m; arus yang ditarik motor naik yaitu 6,2 ampere, daya input 706,80  watt,  daya output  311,59  watt,
efisiensi 44,08 %, faktor daya naik 0,30 lagging dengan kecepatan putaran motor menurun yaitu 1488 Rpm.
Torsi dinaikkan 4 N–m; arus yang ditarik motor 6,8 ampere, daya input 1292 watt, daya output 618,99 watt, efisiensi 47,91%,           faktor   daya     0,50     Laggingdan kecepatan semakin turun 1478 Rpm.
Torsi dinaikkan 6 N–m; arus yang ditarik yaitu  7,83,  daya  input  yang besar  1845 watt,    daya     output semakin besar mengikuti  besarnya  input  daya  920,94 watt,  efisiensi  49,92  %,  Cos   motor mulai bagus yaitu 0,62 tegangan Lagging terhadap arus dengan kecepatan menurun 1466 Rpm.
Torsi dinaikkan 7 N–m; arus yang ditarik 8,3 ampere, daya input 2132 watt, daya yang keluar memutar beban yaitu 1071,49 watt, efisiensi 50,26 %, faktor daya 0,65 lagging dan kecepatan motor 1462 rpm.

Kurva karakteristik yang menggambarkan relasi setiap variabel motor untuk belitan konsentris disajikan pada diagram berikut.
2.   Untuk motor induksi belitan gelung.
Tabel data motor untuk nilai arus fasa rata- rata disajikan pada tabel berikut:
Torsi sebesar 0,20 N–m; arus yang ditarik motor 5,46 ampere, daya input 104 watt,
daya output 46,99 watt, efisiensi 31,33 %, faktor       daya 0,05 tegangan tertinggal terhadap   arus   dengan   kecepatan   1496Rpm.
Torsi dinaikkan 1 N–m; arus yang ditarik motor naik 5,50 ampere, daya input 418 watt,  daya  output  156,21  watt,  efisiensi 37,37  %,  faktor  daya 0,20  lagging  dan kecepatan   motor   mulai  menurun   yaitu 1492 Rpm.
Torsi dinaikkan 2 N–m; arus yang ditarik sebesar 5,66 ampere, daya masukan 646 watt, daya keluaran 310,59 watt, fisiensi
40,08 %, faktor daya 0,30 lagging dengan kecepatan 1485 Rpm.
Torsi dinaikkan 4 N–m; arus yang ditarik motor 6,46 ampere, daya input 1228 watt,daya output 616,47 watt, efisiensi 50,20%, faktor daya 0,50 tegangan Lagging terhadap   arus   dengan   kecepatan   turun
1472 Rpm.
Torsi dinaikkan 6 N–m; arus yang ditarik motor  7,63  ampere,  daya  input  sebesar 1740   watt,   daya   output   915,91   watt,efisiensi   52,64   %,   faktor   daya   0,60Lagging dengan kecepatan 1458 Rpm.
Torsi  dinaikkan  7  N–m;  arus  mengalir 8,03 ampere (hampir mendekati batas arus nominal motor), daya input motor naik 1984 watt, daya yang output naik mengikuti           input             daya     1062,71 watt, efisiensi 53,56 % faktor daya 0,65 Lagging  dengan  kecepatan  1450  Rpm.
Kurva karakteristik motor untuk belitan gelung disajikan pada diagram berikut.


V.        KESIMPULAN
1.   Dari hasil perbandingan karakteristik kedua  jenis  belitan  motor  induksi yang sudah     diuji padategangan sumber 3 fasa konstan 380 Volt AC, diperoleh bahwa motor dengan belitan gelung memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan motor belitan konsentris, dalam hal besar arus,faktor    daya,torsi  maupun perubahan kecepatannya.
2.   Efisiensi dan faktor           daya  kedua motor, baik motor dengan belitan gelung mapun  motor belitan konsentris semakin baik   apabila motor  dibebani pada  kapasitas nominalnya.
3. Kecepatan motor akan mengalami penurunan         seiring dengan meningkatnya besar torsi yang dibangkitkan, sedangkan besar arus yang dicatu berbanding lurus dengan besar torsi yang dihasilkan.
4.  Belitan kedua motor tidak seimbang, sehingga arus yang dicatu setiap fasa berbeda turut mempengaruhi kemampuan motor membangkitkan torsi     dan  daya keluaran motor tersebut.
Dalam percobaan ini, daya motor terkunci (locked rotor torque), arus rotor terkunci (locked rotor current) maupun torsi maksimum tidak dapat diketahui, oleh karena kemampuan pengereman   dan   batas   ukur   torsi meter tidak seimbang dengan kapasitas motor.





















DAFTAR PUSTAKA
Bird, J.O. (1995). Electrical Principles and Technology for Engineering. Newnes, Butterworth-Heinemann Ltd, England.
Chapman J. Stephen (1991).  Electrical Machinery Fundamental.       2th. Ed. McGraw-Hill Inc. Singapore
Deutsche          Gesellschaft       for     Techniche Zusammenarbeit     (GTZ)              GmbH, (1988). Electrical Power Engineering Proficiency.          Federal Republic          of Germany.
Draper  A.        (1971).  Electrical  Machines.
Longman Group Limited, London.
-------               Feedback         Instrument       Limited            “ Feedback   Power   Frame   Laboratory Note” .Crowborough, United Kingdom (UK).
Giovanni          Ricciareli         (1996). Rotaring Electrical      Machines,        Teaching Systems  for  Technical  Training            De Lorenzo. Italy.
Hubert I.          Charles            (1995).   Electrical Machines,   Theory,            Operation, Applications, Adjustment and Control.
Mc.Millan  Publishing  Company  Inc, New York U.S.A.
Hubert I.          Charles            (1995). Preventive Maintenance of Electrical Equipment.. Mc.Graw-Hill   Book   Company   Inc, New York U.S.A
McPherson. G, Lamore D. Robert (1990). An Introduction   to   Electrical   Machines and Transformers. John Wiley & Sons, Singapore.
Resenberg.       R.         (1970).   Electrical      Motor Repair, A Practical Book on The Winding, Repair and Troubleshooting of      A.C      and                  D.C      Motor              and Controllers,           Holt,    Rinehart                       and Winston, Inc. New York, U.S.A.
Schneider         J.          Hans    (1996). Electrical Machines Teaching Models. Leybold Didactic GmbH. Federal Republic of Germany.
Soelaiman,  Magarisawa.  M  (1984).  Mesin Tak Serempak dalam Praktek, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Veinott G. Cyril & Martin E. Joseph (1987).Fractional            and Sub           fractional Horsepower Electric Motors. McGraw-Hill International Editions, Singapore.
Wildi, Theodore (1981). Electrical Machines and Power         System.            Prentice-Hall International,Inc.USA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar