dibawah ini saya akan mempublish jurnal salah seorang dosen jurusan teknik elektro di Uneversitas Tadulako.
PERBANDINGAN
KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI BELITAN GELUNG DENGAN BELITAN SPIRAL
Muhammad
Sarjan
Dosen
Jurusan Teknik Elektro Universitas Tadulako
Email:
muhammad_sarjan@yahoo.co.id
Abstract - In studying the behaviour of a motor
selected to
drive industrial equipment, the main problem being faced is to determine
whether the characteristic
of the motor
suits
the
requirements imposed by the driven unit.
Different
kinds of machines and mechanisms as
well
as electrical motor exhibit different
characteristics.
The aim of this research is to compare the characteristic
of induction
motor using loop
winding and concentric
winding. The parametersobserved are current, voltage,
power factor,
torque
and speed.
The experiment
was conducted
in the laboratory
of Electrical Engineering Department of Tadulako University and the result of this study indicated that characteristic of the loop winding induction motor is better than that of the consentric winding.
of Electrical Engineering Department of Tadulako University and the result of this study indicated that characteristic of the loop winding induction motor is better than that of the consentric winding.
I. PENDAHULUAN
Dalam suatu masyarakat
industri modern, diperlukan
berbagai motor listrik penggerak mesin-mesin dengan
berbagai karakteristik.
Terdapat
kemungkinan bahwa
mesin-mesin
produksi dalam industri tersebut mensyaratkan motor listrik penggerak dengan tingkat kebisingan
yang
rendah dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada
di industri bersangkutan.
Tetapi terdapat pula industri yang membutuhkan motor listrik
penggerak dengan konstruksi
sederhana,
mudah dijalankan dan rendah
biaya
perawatan
serta karakteristik yang
konstan
untuk berbagai kondisi pembebanan.
Untuk mempelajari prilaku dari suatu motor yang
akan
digunakan
untuk menggerakkan mesin atau peralatan industri, maka
salah satu masalah yang
harus diperhitungkan adalah menentukan
apakah karakteristik
torsi-kecepatan dari motor tersebut sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh beban yang digerakkan. Prilaku beban pada kondisi transient
disaat starting, pengereman,
atau pengaturan
kecepatan sangat tergantung pada perubahan karakteristik torsi kecepatan motor maupun beban yang digerakkan.
Oleh
sebab itu sangatlah penting untuk mengetahui karakteristik motor maupun beban yang digerakkan agar
dapat memilih motor penggerak dengan
tepat sehingga sistem penggerak
tersebut menjadi lebih ekonomis.
Terlepas dari pertimbangan
karakteristik listrik mesin pengerak ini, maka terdapat tiga parameter mekanis
yang sangat dipertimbangkan oleh pengguna, yaitu ;
kecepatan putaran,
torsi yang dihasilkan dan daya output mekanisnya. Besaran-besaran ini relatif
sulit ditentukan, sehingga terlebih dahulu perlu meninjau kembali sejumlah
metode pengukuran yang umum digunakan untuk mengetahui dan mempelajari besaran-
besaran dimaksudkan.
Ditinjau dari jenis
motor listrik yang umum digunakan
sebagai motor penggerak mesin atau peralatan dalam
industri, maka motor induksi merupakan jenis motor listrik yang sangat luas
penggunaannya. Hal ini disebabkan oleh karena jenis motor ini mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
jenis motor listrik lainnya, antara lain karena konstruksinya sederhana, lebih
reliabel dan yang lebih penting lagi adalah harganya yang relatif murah serta
lebih ringan.
Terdapat dua jenis
belitan stator motor induksi, yaitu
belitan gelung (ware winding) dan belitan spiral/rantai (concentric winding).
Kedua jenis belitan ini juga akan menentukan karakteristik listrik
maupun karakteristik
mekanis motor induksi.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Motor induksi fasa
tiga adalah jenis motor yang paling umum dijumpai dan digunakan di industri.Karena
motor ini mempunyai konstruksi sederhana, kuat, harganya relatif murah dan mudah
pemeliharaannya (Wildi, 2000). Kecepatan putarnya konstan, namun karena
kecepatannya tergantung pada frekwensi
jaringan listrik,sehingga pengaturan kecepatannya sulit dilaksanakan.Tetapi penggunaan piranti elektronik yang sudah
semakin luas,sangat membantu untuk pengaturan putaran motor induksi.
A.Komponen-Komponen
Utama
Motor induksi 3 phase
mempunyai 2 (dua)
bagian utama :
a. Bagian yang tidak bergerak (stator)
b. Bagian yang bergerak (rotor).
Bagian stator
dipisahkan dari bagian rotor oleh celah udara dengan jarak antara 0,4mm sampai
4 mm, tergantung pada daya motor bersangkutan (Hubert,1991).Stator terdiri dari
rangka baja yang menyangga inti berongga berbentuk silindris, inti ini dibuat dari laminasi-laminasi.Sejumlah
slot yang terdistribusi merata
terdapat pada lingkaran
bagian dalam dari inti, sebagai tempat belitan/kumparan
stator.
Bagian rotor juga
terbuat dari laminasi- laminasi besi baja yang dipres satu dengan lainnya serta
dibuat alur-alur (slot) sebagai tempat kumparan rotor.Ada 2 (dua) jenis belitan yang digunakan untuk rotor motor
induksi (asinkron) : (a). Belitan 3 fasa konvensional yang terbuat dari
kawat berisolasi (rotor belitan) dan (b) belitan sangkar tupai (rotor sangkar).
Berdasarkan pada kedua
jenis belitan rotor ini, sehingga
motor induksi dibagi menjadi : motor induksi rotor sangkar
dan motor induksi rotor belitan.
1. Rotor sangkar
Rotor sangkar terbuat
dari batangan- batangan tembaga telanjang,
yang sedikit
lebih panjang
dari rotor itu
sendiri dan
dipress kedalam slot
(alur) rotor. Kedua ujung-ujung
batang tembaga ini
disolder pada cincin tembaga, sehingga batangan tembaga tersebut
terhubung singkat.
Konstruksi dari
batangan tembaga dan cincin tembaga menyerupai
sangkar, sehingga dinamakan rotor sangkar. Untuk motor-motor induksi ukuran kecil
dan menengah, batangan-batangan dan cincin hubung singkat terbuat dari
aluminium tuang, yang dicetak sedemikian rupa sehingga menjadi bagian yang
menyatu.
Gambar 1. Rotor
sangkar (squirrel cage)
2. Rotor belitan
Rotor belitan
mempunyai belitan fasa tiga, yang
mirip dengan belitan
stator. Belitan-belitanini
terdistribusi secara seragam pada alur-alur (slot) serta terhubung bintang (Y). Terminal-terminalnya
disambungkan pada tiga
cincin seret (slip ring) yang ikut berputar dengan rotor.
Cincin seret ini serta sikat-sikat tetap (stationer) memungkinkan dilakukan penyambungan
dengan tahanan luar (external resistor) secara seri dengan
belitan rotor. Tahanan luar ini utamanya digunakan pada saat
starting, dan pada saat motor berputar normal ketiga sikat- sikat dari slip
ring dihubung singkat.
B. Prinsip Kerja Motor Induksi
Menurut Wildi (2000),terdapat 4 prinsip dasar yang menjelaskan bagaimana
medan magnet dimanfaatkan dalam mesin- mesin listrik, baik untuk transformator, generator
maupun motor listrik, yaitu :
1. Suatu konduktor
yang beraliran listrik akan
membangkitkan medan magnet disekitar
penghantar tersebut,yang arahnya ditentukan menurut hukum
Ampere.
Gambar 2. Rotor Belitan (wound rotor)
2. Medan
magnet yang berubah-ubah terhadap waktu, jika melalui kawat belitan akan
menginduksi suatu tegangan pada belitan tersebut. Hal ini sesuai dengan hukum
Faraday dan menjadi prinsip dasar transformator.
3. Suatu konduktor beraliran listrik yang berada di dalam medan
magnet akan mengalami suatu gaya. Hal ini dijelaskan oleh Lorenz dan menjadi
prinsip dasar motor listrik.
4. Suatu kawat belitan yang bergerak memotong garis gaya magnet,akan tersebut.
Demikian pula jika suatu garis gaya
magnet bergerak memotong kawat belitan akan
menginduksi gaya gerak listrik (g.g.l) pada kawat belitan
tersebut. Hal ini dijelaskan
oleh hukum Faraday dan
menjadi prinsip dasar generator listrik.
Bird (1995)
menjelaskan bahwa jika belitan stator motor induksi dihubungkan
kesumber tegangan 3 fasa, akan dibangkitkan medan magnet putar. Pada saat fluks
magnet memotong batangan konduktor rotor (untuk rotor sangkar) atau konduktor
belitan rotor (untuk rotor belitan), akan diinduksikan ggl pada konduktor rotor
tersebut.Karena batangan konduktor rotor atau terminal slip ring terhubung
singkat, maka akan mengalir arus rotor. Pengaliran arus ini disertai dengan timbulnya
fluks magnet disekitar konduktor rotor, interaksi antara fluks medan magnet
putar dengan fluks yang dibangkitkan oleh arus rotor akan menyebabkan gaya
lorenz. Gaya ini akan mendorong batangan atau belitan rotor se arah dengan arah
medan magnet putar. Gaya yang sama bekerja pada seluruh konduktor atau belitan
rotor, yang menyebabkan rotor berputar searah dengan medan magnet putar.
Gaya yang dibangkitkan
oleh batangan rotor menyebabkan rotor berputar sesuai dengan arah medan magnet
putar. Dengan meningkatnya kecepatan putaran rotor, maka kecepatan pemotongan
fluks magnet semakin berkurang, ggl induksi rotor menurun dan frekwensi arus
rotor juga berkurang.
Jika rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan kecepatan medan
magnet putar, tidak terjadi pemotongan
fluks magnet pada konduktor rotor, tidak ada ggl induksi, tidak ada pengaliran
arus rotor serta tidak timbul Gaya pada konduktor rotor.Sehingga kecepatan
putaran rotor akan menurun.Hal inilah yang menyebabkan rotor tidak pernah
mencapai kecepatan yang sama dengan kecepatan
medan magnet putar (kecepatansinkron).
Perbedaan
kecepatan putaran rotor nr dengan kecepatan sinkron ns disebut slip. Sehingga:
Slip =
ns – nr (1)
Slip s biasanya dinyatakan dalam
persen, maka :
Slip s = (
ns – nr)/ ns x
100
% (2)
Nilai
slip antara motor tanpa beban dengan motor dalam kondisi beban penuh sekitar 4
–5 persen untuk motor induksi berukuran
kecil, sedangkan untuk motor berukuran besar antara 1,5 – 2 persen.Selanjutnya
menurut Hubert (1991), prinsip kerja motor induksi tiga fasa didasarkan pada hukum
Faraday dan gaya Lorenz yang bekerja pada konduktor, dimana pada saat medan
magnet putar B menyapu sepanjang dan memotong konduktor akan
terjadi hal-hal berikut :
1.Suatu
tegangan E = B l v diinduksikan pada setiap konduktor pada saat dipotong oleh
fluks magnet B (Hukum Faraday).
2.Tegangan
induksi ini diiringi oleh pengaliran arus I, yang mengalir pada konduktor yang terletak
persis dibawah permukaan kutub magnet ke arah
bawah, melalui batang hubung singkat dan kembali ke konduktor lainnya (kaidah
tangan kiri Fleming).
3.Karena
konduktor beraliran berada di dalam medan magnet,maka akan mengalami gaya mekanik (gaya Lorenz).
4.Gaya-gaya
ini selalu bekerja dalam arah sedemikian rupa sehingga mendorong/mengangkat
konduktor yang dilalui medan/fluks magnet.
Jika konduktor
ini bebas bergerak, maka akan bergerak ke arah kanan
mengikuti gerakan kutub magnet.
Akan tetapi jika kecepatan gerakan tersebut sama dengan
kecepatan medan/fluks magnet, maka
kecepatan pemotongan konduktor oleh fluks magnet akan berkurang, akibatnya
tegangan yang diinduksikan E serta arus I yang bangkitkan juga akan berkurang.
Dengan demikian gaya yang bekerja pada konduktor tersebut juga akan berkurang.
Jika kecepatan gerakan konduktor menyamai kecepatan gerakan fluks magnet,maka
tegangan induksi E dan arus I maupun gaya yang bekerja pada konduktor akan
menjadi nol.Pada motor induksi rotor sangkar, ujung-ujung tangga konduktor tersebut
disatukan dan dibentuk menjadi sebuah
silinder,sedangkan
kutub magnet yang bergerak digantikan dengan medan magnet putar.Medan magnet
putar ini dihasilkan oleh arus-arus tiga fasa yang
mengalir pada belitan stator.
C. Karakteristik Motor Induksi
Karakteristik motor listrik
menunjukkan kinerja motor tersebut dalam berbagai kondisi operasi (Deshpande,
1990). Karakteristik motor listrik yang utama, yang perlu diperhatikan adalah :
1. Karakteristik torsi-arus;
2. Karakteristik kecepatan-arus;
3. Karakteristik torsi-kecepatan.
Torsi M di bangkitkan
pada poros motor atau mesin penggerak
dengan kecepatan putar n. Dari kedua 2 besaran ini, maka dapat diketahui daya
mekanis motor atau mesin penggerak tersebut (Hornemann, et.al, 1983).
Kecapatan putaran
motor n adalah jumlah revolusi untuk suatu periode waktu tertentu.Kecepatan putaran
motor diukur dalam satuan
revolusi per menit (rpm) atau revolusi per detik (rps). Kecepatan putaran motor
listrik umumnya menggunakan satuan revolusi per menit (rpm).
Untuk pengukuran torsi dapat digunakan tongkat penyeimbang,
dimana hasil kali antara gaya F dan panjang s dari lengan penyeimbang
merupakan torsi M yang dihasilkan.
M = F x S
(Newton-meter).
(3) Jika torsi yang
searah jarum jam sama besar dengan torsi yang berlawanan arah jarum jam, maka tercapai posisi seimbang. Jika kedua
torsi ini tidak seimbang, maka kedua lengan ini akan berputar ke arah torsi
yang lebih besar.
Torsi juga
dibangkitkan oleh mesin listrik putar, dimana medan magnet
membangkitkan garis gaya magnet (fluks) di dalam stator.Berdasarkan prinsip dasar motor, maka gaya F yang
dibangkitkan pada konduktor kumparan
rotor yang dialiri arus adalah :
F=B.I.L (4) Gaya ini bekerja pada konduktor
yang berjarak s dari titik tengah poros rotor. Jika terdapat sejumlah
z konduktor yang
dialiri arus yang diberada dalam garis gaya magnet, maka akan dihasilkan
torsi M yang besarnya:
M = F . s (5) M = B . I. l . z . s (6)
Motor akan mencapai
suatu kecepatan konstan jika torsi yang dibangkitkan sama besar dengan torsi
lawan (torsi pengereman) yang disebabkan oleh rotor itu sendiri, gesekan yang timbul dan beban yang digerakkan.
Pada mesin listrik
putar, torsi diukur dengan rem, dinamometer (cradle
dynamometer) atau rem
arus pusar (eddy current brake).
Untuk motor listrik,
terdapat hubungan antara torsi M
dan kecepatan putaran
n motor. Kecepatan putaran n akan
menurun seiring dengan kenaikan
torsi M yang dibangkitkan.
Torsi M di bangkitkan
pada poros motor atau mesin penggerak dengan kecepatan putar n. Dari
kedua 2 besaran ini, maka dapat
diketahui daya mekanis motor atau mesin penggerak tersebut (Hornemann, et.al,
1983).
Kriteria yang
penting untuk mengevaluasi dan memilih
sebuah motor listrik
adalah faktor daya (Cos ), Efisiensi , Kecepatan putaran n
dan daya motor
P. Hubungan anatar
variabel-variabel ini juga tidak kalah pentingnya. Untuk motor 3 fasa, hubungan
antar variabel ini diplot dalam suatu grafik membentuk kurva beban dan kurva
operasi.
D. Belitan Stator Motor Induksi.
Soeleman (1984)
menjelaskan bahwa untuk motor induksi 3 fasa, maka pada umumnya digunakan
belitan gelung lapis dobel atau belitan spiral (konsentrik). Cara belitan dua
lapis dengan dua sisi kumparan dimasukkan
dalam satu alur,
sedangkan untuk belitan lapisan tunggal dengan satu sisi kumparan dimasukkan
dalam satu alur. Kedua jenis kumparan motor ini
memiliki karakteristik yang berbeda.
III. METODOLOGI
Oleh karena pengujian
ini merupakan pengujian laboratorium yang dilaksanakan pada Laboratorium Mesin-mesin Listrik
Teknik Elektro Universitas Tadulako,
sehingga metode yang digunakan adalah metode ekperimental,
melalui tahapan- tahapan sebagai berikut.
1. Mengumpulkan alat dan bahan yang akan
digunakan pada pengujian.
2. Menempatkan peralatan pada meja pengujian
(meja percobaan)
3. Karena motor yang digunakan adalah motor induksi 3 (tiga) fasa, sehingga motor dihubungkan dengan power
suplay pada tegangan 220/380 Volt.
4. Memasang
(mengkopel) motor dengan beban (dinamometer prony/brake)
5. Menghubungkan semua
peralatan (alat ukur) sesuai fungsinya
6. Setelah selesai dipasang,
penulis melakukan penelusuran kembali dari beberapa hubungan alat ukur dan peralatan lain yang telah siap
untuk diuji.
Pengujian dilakukan
dengan cara:
1. Power suplay
sebagai input peralatan distel pada tegangan 220/380 volt,
dibaca melalui voltmeter.
2. Semua instrumen ukur pada posisi standby atau dalam kondisi on.
3. Menghidupkan power suplay dengan tegangan yang distel sebelumnya
sebesar 220 volt.
4. Mencatat tampilan dari beberapa alat
ukur, karena alat ukur
kecepatan putar (tachometer)
diukur langsung melalui poros (rotor) motor setiap keadaan (nilai torsi). Tachometer dipasang untuk mengetahui
laju perubahan kecepatan putaran rotor.
5. Selanjutnya
menaikkan nilai torsi dari 0,15 N.M yang sebelumnya nilai torsi
terbaca adalah 0,10
N.M sampai pada keadaan
lockrotor dan mencatat
semua tampilan alat ukur setiap torsi yang distel atau ditentukan.
6. Setelah
selesai power suplay
dimatikan (di off-kan) dan dilanjutkan
dengan pengujian motor untuk jenis belitan yang lain dengan cara pengujian yang
sama.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian
karakteristik motor dimaksudkan untuk
mengetahui
kinerjamotor dalam berbagai kondisi operasi.
Untuk
besar
torsi yang sama
yang dalam hal ini mencakup: Karakteristik torsi- arus, karakteristik arus
kecepatan
dan karakteristik torsi-kecepatan.
Diagram rangkaian di atas terdiri dari
alat dan bahan yaitu :
1. Motor Induksi Rotor Sangkar
2. Alat ukur tegangan
(Voltmeter)
3. Alat ukur arus (Amperemeter)
4. Alat ukur daya (Wattmeter)
5. Alat ukur faktor daya
(Cos u meter)
6. Alat ukur kecepatan putaran
(Tachnometer)
7. Alat ukur torsi (Newton meter)
8. Regulator power suplay
9. Beban (Dinamometer prony/brake)
10.
Kabel penghubung
A. Hasil Pengujian
Kareakteristik Motor
Data tabel hasil pengujian di bawah ini; Arus (I),
daya input (Pin),
Faktor Daya dan kecepatan putaran (n) untuk besar
torsi yang sama yaitu dari 0,2, 1, 2,
4, 6, dan 7 (N-m),
diambil dari hasil pengamatan dan pengukuran pada
alat ukur.
Sedangkan daya output (Pout)
dan efisiensi (h) didapatkan melalui perhitungan.
B. Pembahasan
Hasil Pengujian
1. Untuk motor induksi belitan spiral
Oleh
karena
arus
fasa
motor tidak
sama
besar, dalam hal
ini belitannya tidak seimbang, maka diambil nilai arus rata-rata
seperti disajikan
pada tabel berikut.
Torsi motor dan beban 0,20 N–m;
arus yang mengalir (arus yang ditarik motor) 6 ampere, daya input129,96 watt, daya output 31,33 watt,
efisiensi 24,11 %, Cos 0,06 dan
motor berputar dengan kecepatan 1496 Rpm.
Torsi dinaikkan 1
N–m; motor menarik arus
sebesar 6,1 ampere,
daya input 391,91 watt,
daya output 154,32
watt,efisiensi 39,38 %,faktor kerja 0,17 Lagging dan kecepatan
motor mulai menurun yaitu 1493 Rpm.
Torsi dinaikkan 2 N–m; arus yang
ditarik motor naik yaitu 6,2 ampere, daya input 706,80 watt,
daya output 311,59 watt,
efisiensi 44,08 %, faktor daya
naik 0,30 lagging dengan kecepatan putaran motor menurun yaitu 1488 Rpm.
Torsi dinaikkan 4 N–m; arus yang
ditarik motor 6,8 ampere, daya input 1292 watt, daya output 618,99 watt,
efisiensi 47,91%, faktor daya 0,50 Laggingdan kecepatan semakin turun 1478
Rpm.
Torsi dinaikkan 6 N–m; arus yang
ditarik yaitu 7,83, daya
input yang besar 1845 watt, daya output semakin besar mengikuti besarnya
input daya 920,94 watt,
efisiensi 49,92 %,
Cos motor mulai bagus yaitu
0,62 tegangan Lagging terhadap arus dengan kecepatan menurun 1466 Rpm.
Torsi dinaikkan 7 N–m; arus yang
ditarik 8,3 ampere, daya input 2132 watt, daya yang keluar memutar beban yaitu
1071,49 watt, efisiensi 50,26 %, faktor daya 0,65 lagging dan kecepatan motor
1462 rpm.
Kurva karakteristik yang
menggambarkan relasi setiap variabel motor untuk belitan konsentris disajikan
pada diagram berikut.
2. Untuk motor induksi belitan gelung.
Tabel data motor untuk nilai arus
fasa rata- rata disajikan pada tabel berikut:
Torsi sebesar 0,20 N–m; arus yang
ditarik motor 5,46 ampere, daya input 104 watt,
daya output 46,99 watt, efisiensi
31,33 %, faktor daya 0,05 tegangan tertinggal
terhadap arus dengan
kecepatan 1496Rpm.
Torsi dinaikkan 1 N–m; arus yang
ditarik motor naik 5,50 ampere, daya input 418 watt, daya
output 156,21 watt,
efisiensi 37,37 %, faktor
daya 0,20 lagging dan kecepatan
motor mulai
menurun yaitu 1492 Rpm.
Torsi dinaikkan 2 N–m; arus yang
ditarik sebesar 5,66 ampere, daya masukan 646 watt, daya keluaran 310,59 watt,
fisiensi
40,08 %, faktor daya 0,30 lagging
dengan kecepatan 1485 Rpm.
Torsi dinaikkan 4 N–m; arus yang
ditarik motor 6,46 ampere, daya input 1228 watt,daya output 616,47 watt,
efisiensi 50,20%, faktor daya 0,50 tegangan Lagging terhadap arus
dengan kecepatan turun
1472 Rpm.
Torsi dinaikkan 6 N–m; arus yang
ditarik motor 7,63 ampere,
daya input sebesar 1740
watt, daya
output 915,91 watt,efisiensi 52,64
%, faktor daya
0,60Lagging dengan kecepatan 1458 Rpm.
Torsi dinaikkan
7 N–m; arus
mengalir 8,03 ampere (hampir mendekati batas arus nominal motor), daya
input motor naik 1984 watt, daya yang output naik mengikuti
input daya 1062,71 watt, efisiensi 53,56 % faktor daya
0,65 Lagging dengan kecepatan
1450 Rpm.
Kurva karakteristik motor untuk
belitan gelung disajikan pada diagram berikut.
V. KESIMPULAN
1. Dari hasil perbandingan karakteristik
kedua jenis belitan
motor induksi yang sudah diuji padategangan sumber 3 fasa konstan
380 Volt AC, diperoleh bahwa motor dengan belitan gelung memiliki karakteristik
yang lebih baik dibandingkan motor belitan konsentris, dalam hal besar arus,faktor daya,torsi
maupun perubahan kecepatannya.
2. Efisiensi dan faktor daya kedua motor,
baik motor dengan belitan gelung mapun motor belitan konsentris semakin baik apabila motor dibebani pada kapasitas
nominalnya.
3. Kecepatan motor akan mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya besar torsi yang
dibangkitkan, sedangkan besar arus yang dicatu berbanding lurus dengan besar
torsi yang dihasilkan.
4. Belitan kedua motor tidak seimbang, sehingga
arus yang dicatu setiap fasa berbeda turut mempengaruhi kemampuan motor
membangkitkan torsi dan daya keluaran motor tersebut.
Dalam percobaan ini, daya motor
terkunci (locked rotor torque), arus rotor terkunci (locked rotor current)
maupun torsi maksimum tidak dapat diketahui, oleh karena kemampuan
pengereman dan batas
ukur torsi meter tidak seimbang dengan
kapasitas motor.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, J.O. (1995). Electrical
Principles and Technology for Engineering. Newnes, Butterworth-Heinemann Ltd,
England.
Chapman J. Stephen (1991). Electrical Machinery Fundamental. 2th. Ed. McGraw-Hill Inc. Singapore
Deutsche Gesellschaft for Techniche
Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, (1988). Electrical Power
Engineering Proficiency. Federal Republic of
Germany.
Draper A. (1971). Electrical
Machines.
Longman Group Limited, London.
------- Feedback Instrument Limited “
Feedback Power Frame
Laboratory Note” .Crowborough, United Kingdom (UK).
Giovanni Ricciareli (1996). Rotaring Electrical Machines, Teaching
Systems for Technical
Training De Lorenzo.
Italy.
Hubert I. Charles (1995). Electrical Machines, Theory, Operation,
Applications, Adjustment and Control.
Mc.Millan Publishing
Company Inc, New York U.S.A.
Hubert I. Charles (1995). Preventive Maintenance of Electrical Equipment.. Mc.Graw-Hill Book
Company Inc, New York U.S.A
McPherson. G, Lamore D. Robert
(1990). An Introduction to Electrical
Machines and Transformers. John Wiley & Sons, Singapore.
Resenberg. R. (1970). Electrical Motor
Repair, A Practical Book on The Winding, Repair and Troubleshooting of A.C and D.C Motor and
Controllers, Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, U.S.A.
Schneider J. Hans (1996). Electrical
Machines Teaching Models. Leybold Didactic GmbH. Federal Republic of Germany.
Soelaiman, Magarisawa.
M (1984). Mesin Tak Serempak dalam Praktek, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Veinott G. Cyril & Martin E.
Joseph (1987).Fractional and
Sub fractional Horsepower Electric Motors. McGraw-Hill International
Editions, Singapore.
Wildi, Theodore (1981).
Electrical Machines and Power System. Prentice-Hall International,Inc.USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar